My University Journey

my university journey: from unib dream to where i belong

Introduction

perjalanan menuju universitas impian adalah salah satu fase penting dalam hidup. di sini aku ingin berbagi cerita tentang bagaimana aku melewati masa-masa itu — dari punya universitas impian, gagal, sampai akhirnya aku berada di tempat yang sekarang justru membuatku bersyukur.


Eligible, Unib, dan Harapan Besar

di kelas 12 sma, aku menjadi salah satu siswa yang masuk daftar eligible di sekolahku. sekolahku termasuk sekolah yang dikenal dengan banyak siswa berprestasi, jadi bisa ada di daftar eligible itu buatku adalah sebuah kebanggaan. aku tahu kesempatan ini tidak boleh aku sia-siakan.

dari awal, aku sudah mantap memilih unib — universitas bengkulu. aku hanya mendaftarkan satu universitas itu lewat jalur snbp. aku memilih jurusan teknik informatika. alasannya sederhana, karena unib adalah universitas di luar sumatera selatan yang benar-benar aku impikan. aku sudah membayangkan diri ini duduk di bangku unib, belajar di kampus itu, dan mengejar cita-cita di sana.

aku mendaftar dengan penuh harapan, percaya diri, dan doa. aku membayangkan hasil yang membahagiakan, tapi ternyata, hasilnya tidak sesuai yang aku impikan. aku dinyatakan tidak lulus seleksi snbp.


Belajar, Berjuang, dan Jatuh Lagi di Snbt

rasanya tentu berat. tapi aku mencoba untuk tidak menyerah. aku bangkit dan memutuskan untuk ikut snbt, jalur tes. aku tahu peluangnya masih ada. aku kembali belajar, bahkan lebih keras dari sebelumnya. aku menghabiskan malam-malam dengan belajar, latihan soal, dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. aku benar-benar ingin mewujudkan impianku kuliah di unib.

aku pergi ke bengkulu untuk ikut tes. setiap langkah yang aku ambil menuju ruang tes dipenuhi harapan. aku berusaha fokus, menjawab soal sebaik mungkin. setelah tes selesai, aku menunggu hasilnya dengan hati yang berdebar.

sayangnya, hasilnya lagi-lagi belum sesuai harapan. skorku kurang sedikit dari batas lulus. unib belum jadi tempatku. saat itu aku benar-benar merasa patah semangat. aku bingung harus ke mana lagi. aku sudah menaruh begitu banyak harapan pada satu universitas itu. rasanya seperti semua rencana yang aku buat hilang begitu saja.


di Tengah Kebingungan, Muncul Jalan Baru

di titik itu, orang tuaku ikut membantu mencarikan jalan. mereka akhirnya mendaftarkan aku ke universitas bina insan. jujur, saat itu aku masih dipenuhi rasa sedih dan bingung. aku bahkan sempat merasa ragu, apakah ini benar pilihan yang baik?

tapi aku mencoba mengikuti arahan mereka. aku mulai kuliah di universitas bina insan. waktu berjalan, aku memasuki semester demi semester. dan sekarang aku sudah di semester 4.

yang aku rasakan sekarang? aku tidak menyesal dengan semua yang terjadi. aku bersyukur. aku bertemu teman-teman baru yang mendukung, yang ada sejak awal aku kuliah. aku belajar banyak hal, bukan hanya soal akademik, tapi juga tentang menerima kenyataan, bersyukur, dan menghargai setiap proses yang aku lalui.


Closing Notes

perjalanan ini mengajarkan aku satu hal penting: tidak semua hal yang kita inginkan akan selalu jadi milik kita, tapi apa yang kita dapatkan bisa jadi justru yang terbaik untuk kita. aku tetap menghargai semua usahaku dulu. aku bangga pernah berjuang keras untuk impianku. tapi aku juga bersyukur dengan tempat aku berdiri sekarang.

setiap orang punya jalannya masing-masing. aku percaya, jalan yang aku tempuh ini adalah jalan yang terbaik untukku saat ini.


Komentar